WAHAI PENGETUK
Siapa dirimu
Yang berani mengetuk pintu hatiku
Tunggu
Masih layu
Masih tertanam benih yang dulu
Meskipun sudah membusuk
Suara ketukanmu samar
Seperti tak terdengar
Denting yang dipukul
Aku tak bisa mendengar
Berikan aku sesuatu
Yang bisa membuatku percaya
Akan datangnya ketukanmu
Aku mohon
Jangan terlalu keras kau mengetuk
Hingga membuatnya terluka lagi
Rusak
Kata sepadan
Kaku
Aku masih tak bisa merasakan apapun
Membeku
Mungkin tak kau bawa hangat bersamamu
Izinkan aku istirahat sejenak
Jangan ganggu hati ini dulu
Maaf
Apa yang kau lakukan
Untukku mendengar suara ketukanmu
Hingga kau buat hati ini rusak
Lagi
Maaf kau tak bisa merusak hati yang telah rusak
Pergilah
Jika kau hanya ingin mengambil
Bagian dari kesenanganku
Aku sudah banyak belajar
Jangan kau bermain bersama pola pikirmu
Aku lelah
Kau tak mengerti
Wahai pengetuk pintu hati
Jangan sentuhkan jarimu kembali
Kedasar ini
Yang berani mengetuk pintu hatiku
Tunggu
Masih layu
Masih tertanam benih yang dulu
Meskipun sudah membusuk
Suara ketukanmu samar
Seperti tak terdengar
Denting yang dipukul
Aku tak bisa mendengar
Berikan aku sesuatu
Yang bisa membuatku percaya
Akan datangnya ketukanmu
Aku mohon
Jangan terlalu keras kau mengetuk
Hingga membuatnya terluka lagi
Rusak
Kata sepadan
Kaku
Aku masih tak bisa merasakan apapun
Membeku
Mungkin tak kau bawa hangat bersamamu
Izinkan aku istirahat sejenak
Jangan ganggu hati ini dulu
Maaf
Apa yang kau lakukan
Untukku mendengar suara ketukanmu
Hingga kau buat hati ini rusak
Lagi
Maaf kau tak bisa merusak hati yang telah rusak
Pergilah
Jika kau hanya ingin mengambil
Bagian dari kesenanganku
Aku sudah banyak belajar
Jangan kau bermain bersama pola pikirmu
Aku lelah
Kau tak mengerti
Wahai pengetuk pintu hati
Jangan sentuhkan jarimu kembali
Kedasar ini
-Mutiah Eka Rani, 17th
Komentar