TERAKHIR

Kala itu masih kuingat ekspresi wajahmu
Menyala dalam gelap jam 12 tengah malam
Hari yang penuh dengan kegembiraan
Kita jadikan hal yang tak pernah dilupakan
Kita bersama air mata

Kata-kata yang kau bisikkan
Hanya kita yang tahu
Kau bilang kau mencintaiku
Lalu mengapa kau pergi
Jauh

Saat itu musim penghujan
Aku benar benar teringat
Aroma hujan
Segar di trotoar depan sekolah
Demi aku
Kau rela bermain bersama hujan

Tanggal dua puluh bulan maret
Detak jantungmu
Terlihat di dadamu
Masih kurasa dekapanmu
Kita sangat bahagia

Tapi kini aku kan duduk di lantai
Sambil menatap empat kuntum bunga layu
Yang kutahu hanyalah
Aku tak tahu caranya menjadi sesuatu yang kau rindukan
Tak pernah kukira akan ada tawa terakhir bersamamu
Sebelum semuanya benar benar hangus dan terbakar
Rasa kecewa
Tak pernah kubayangkan kita kan berakhir seperti ini

Aku sungguh ingat
Ayunan langkahmu
Kehidupan remaja, yang kau pamerkan lagi
Dan kualihkan tatapan mataku dan lalu
Kau tarik aku
Aku tak pandai bermain pool
Tapi untukmu kulakukan juga

Karena kusuka jabat tanganmu
Saat bertemu ayahku
Aku suka senyumanmu
Saat kau tatap aku
Aku suka caramu berjalan sambil kau masukkan tangan ke saku
Caramu memotong pembicaraanku saat aku sedang mengatakan sesuatu
Tiada hari tak kurindukan gangguan tak sopan itu

Maka kan kulihat kehidupanmu tanpa aku
Dan kurasa kau melupakanku seperti caramu bernafas
Kutemui teman-temanmu hanya untuk tanyakan bagaimana kabarmu
Semoga kabarmu baik-baik saja
Semoga kau temukan kebahagiaanmu yang mutlak

Gelap malam diatas kapal
Hari yang indah, sepertinya
Dan sesuatu mengingatkanmu
Aku berharap kau tak pernah pergi
Kau bisa rencanakan perubahan
Tapi tak ada dalam rencanaku kau berubah pikiran

Kan kuhargai segala keputusanmu
Maka tolonglah
Hargai segala yang aku lakukan
Untuk menemukan hati yang baru
Terimakasih telah menjadi milikku

-Mutiah Eka Rani, 17th

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Interview di Pizza Hut

Skenario film pendek tentang "Bullying" #1

Hai, Ge. [Part 7]