KOTA BERLANGIT JINGGA SAAT MALAM ENGGAN TIDUR

Dibelenggu siang yang mengasah penat
Masih saja asap jail mengepul diatas kota
Kota berlangit oranye saat malam ini tidak pernah tidur
Rembulan pun tak nampak senyumnya
Bintang memilih diam dibalik panggung tirai polutan kota
Purnama kedua belas tidak pernah sesedih ini

Tengah malam tidak berarti bagi sang pengantar tidur
Tidak berlaku bagi piawai ekonomi kelas dunia
Yang masih mengumpulkan setetes harta bagi keturunan selanjutnya
Beton beton berdiri kokoh seakan tak pernah goyah
Membuat kota ini semakin terlihat sempit
Kota ini kaku
Mahal akan budaya, seperti sudah hilang
Semoga hanya di ibu kota

Angin malam tak pernah kulihat sedingin ini
Ia pilu, diracuni
Tapi kota ini penuh sejarah
Jika kau tanya angin malam disini
Ia siap menyampaikan kisahnya
Kisah yang ia lalui selama ribuan dekade
Tak pernah ia mau berbohong
Karena ia yang paling jujur dikota yang fana ini
Penuh kecurangan
Petinggi, atasan, hingga karyawan
Selalu beradu seakan ini medan sang petarung kelas dunia

Aku rindu
Kota berlangit oranye saat malam yang tak pernah tidur yang dulu
Dimana bintang dan bulan masih terlihat bersandiwara
Ketika panggung mereka belum ditutup investor polutan kota
Ketika jalanan kota belum dijajah beton beton yang gagah
Ketika semua masih sama, lalu hilang
Maka aku harus bisa menerima
Biar saja
Mungkin aku akan terbiasa

-Mutiah Eka Rani, 17th

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Interview di Pizza Hut

Skenario film pendek tentang "Bullying" #1

Hai, Ge. [Part 7]