Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Hai, Ge. [Part 9 - LAST EPISODE]

Hai readers, Ini sambungan "Hai, Ge." yang kedelapan ya, Selamat membaca! Sebelumnya aku tidak ingin membuat last episode ini terlalu spesifik, aku hanya ingin menceritakan garis besar yang s i tokoh alami. Terimakasih telah selalu membaca "Hai, Ge. (All episode)" I really hope you love it. __________ [sambungan part 8  http://girlondrama.blogspot.co.id/2015/09/hai-ge-part-8.html?m=1 ] Masa kelas 10 ku berakhir dikertas yg berjudul 'ARTDAY 2015' bersimbah kenangan yang aku torehkan disana, banyak airmata pula yang aku teteskan hingga merobek kertas usangnya. Masih aku ingat ketika pertama kali dengan seragam kebanggan memulai hari dengan mengecek jadwal harian konsumsiku. Hari itu sudah h-10, banyak permasalahan yang tak kunjung surut hingga hari h tiba, mulai dari pulang larut malam karena mengantar konsumsi, break up dengan ketua artday karna dia sibuk or something else maybe masalah keyakinan yang ngebuat aku ngerasa down abis. That's not easy f...

ENAM KERTAS USANG

Gambar
Aku tanyakan kepada diriku Apakah aku siap Apakah aku siap untuk melupakan Membuang semua kertas penuh goresan Yang diakhiri dengan kata 'I've done' Dalih untuk segera pergi Aku lebih dari siap dengan semua tinta Untuk memulai lembaran baru Mereka tak akan tahu bagaimana aku Tak merasakan menjadi aku Mereka yang berkata tak pernah pergi Selalu berkhianat pada akhir kisah ini Sekarang apa? Lihat, daun sudah mulai berjatuhan Menandakan bahwa waktuku telah habis Kota dimana aku membenci segala hal Salahkan orangnya, bukan kotanya Kota dimana aku tidak percaya kata sahabat Salahkan orangnya, bukan kotanya Dalih untuk segera pergi Kini mereka hanya menjadi buntalan kertas yang terbakar api Menjadi tetesan hujan lalu hilang Tapi aku masih merasakan sakit seperti derasnya sengatan matahari Dan mereka tak akan tahu Karena mereka tak peduli hal itu Yang mereka ingat hanya senang Lalu mereka melupakan sedih, yaitu aku Aku bertanya apakah aku sia...

AKHIR ISOLASI

Aku telah kehilangan sebagian imajinasiku Tentang kamu Berharap agar tetap sama Segala memori yang ditorehkan Akan tetap tinggal Tetapi tidak untuk digenggam Andai hati ini pantas Untuk sekedar memeluk bayangmu Kini aku telah kehilangan Sebagian imajinasiku Yang pernah dulu ku takutkan Tapi kenapa hati ini masih menerima Menerima setiap denyut Ketika kau menatapku Setiap kau memperhatikanku Dikala kau membutuhkanku Aku tak bisa memaksa hati ini untuk berhenti Karena hati ini yang memulai sendiri Kenapa Apa yang salah Aku hanya ingin tetap seperti dulu Mencintaimu dalam diam Tetapi memilih untuk tidak menghiraukan Karena aku tahu Suatu saat aku akan kehilangan hadirmu Dalam setiap imajinasiku Selamat malam -Mutiah Eka Rani, 18th

MENENGADAH

Gambar
Aku takut menengadah Yang membuatku akhirnya berharap tinggi Dengan keadaan ilmu yang separuh pincang Membutakan bahwa aku bisa Menghipnotis yang sebenarnya tidak mungkin Pada akhirnya pun aku kecewa Amat dalam Dan aku menyalahkan-Mu Dan aku menyalahkan sekitarku Berkata bahwa semua tidak adil Yang terngiang dalam nada hidupku Karna aku telah menengadah Melihat keatas begitu sempurna Lupa bahwa aku dari bawah Yang sesungguhnya hanya cukup untuk mengucap Alhamdulillah -Mutiah Eka Rani, 18th Jakarta

PERGI

Ini untuk kamu Kutulis kaku Agar kau tau Kamu akan rindu Besok kamu malam Aku sore senyap Bertemu dipersimpangan Saat matahari lenyap Kamu menyenangkan Kuharap tetap sama Dan aku semakin sadar Aku akan kehilangan Kau mengenalku sebagai pecandu Yang berbayang dalam rona hidupmu Tapi aku harap tidak mengenalmu Agar aku tak tau rasanya rindu -Mutiah Eka Rani, 17th

ISOLASI RASA

Aku ingin seperti ini saja Mencintaimu dalam diam Merindukanmu hingga jenuh Kau tak akan tahu Karna aku pun juga tak bisa Seakan aku baik baik saja Dengan perasaan semu Biarkan aku tetap menyandu Memiliki bayangmu dalam genggam Memilih untuk tidak menghiraukan Entah berapa kali aku menahan Tetap saja selalu terkesan Tidak mengapa untukku Karna aku lebih takut Kehilangan hadirmu Dalam setiap imajiku -Mutiah Eka Rani, 17th

MUSANG

Gambar
Siapa yang tak kenal musang Di hutan rimba ia dipuja Karena keelokan ahlinya Pernah sekali ia gagal Musang terlena Menutupi kesalahannya Diancam dirinya untuk melupakan Tak jua berapa sungai ia arungi Tetap saja ia kembali Tak peduli hewan lain ikut menjauh Acuh tak acuh dengan musang Melirik pun tak Sakit hati musang Hanya karna ia pernah jatuh Dengan cinta Hingga.. Hingga ia tiba di bibir tebing Terpana musang dari atas Melihat sekeliling begitu mendebar Semburat mentari senja Sangat lembut Tak jua berapa kali ia menahan diri Tetap saja selalu memikat hati Polos sekali hatinya berbisik Aku jatuh cinta Dilangkahkan kakinya ke ujung tebing Lalu pula ia lupa Semakin musang mengagumi Kendati musang harus menjauh Tapi tak ia lakukan Musang jatuh Kali ini bukan karna cinta Ia mengira mentari senja selalu indah hanya untuknya Lupa bahwa mentari senja pun selalu dijemput malam Kecewa musang karna terlalu buta Bahwa sesungguhnya.. Ia lah yang harus selalu m...

PENGUKIR PERANGAI

Gambar
Dipucuk pangkuan raksasa Hendak bertumpu dipadu karsa Berbilah sepatah kata Dimana daya percaya renta Wahai sesungguhnya yang tersesat Ku tuntun pun taulan tak kasat Bila perginya esok kebenaran Hendak tawakal kah hendak samaran? -Mutiah Eka Rani, 17th

JAKARTA HUJAN

Gambar
Langit ibukota bersedih Kini lebih deras selayaknya Gemericik bersenandung berisik Menyimpan penuh kisah Di setiap rintiknya Menyapu bersih kebohongan Kabut polutan penutup mimpi Lengang Bersama malam-malam Akan bertemu sang pagi Membuat makhluk siang pun rindu Karena kau tak kunjung bersedih -Mutiah Eka Rani, 17th